Pagi ini sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Hal pertama yang dilakukan seorang Francesca Alfarani atau biasa dipanggil Rani ini, saat bangun tidur tidak lain dan tidak bukan adalah melepas earphone yang tidak pernah lepas dari kedua telinganya itu, entah mengapa dan apa yang menjadi alasan bagi Rani untuk selalu mengenakan earphonenya.
Hal kedua yang dilakukan oleh Rani,,, maklum lah Rani memang tergolong remaja cewek yang super malas. Bagun aja udah kesiangan, ditambah lagi kebiasaan dia yang suka jarang mandi itu kalau mau kesekolah. Pagi ini seperti biasanya, Rani bangun kesiangan dan yah, biasa dia engga mandi kesekolah. Sepanjang perjalanan menuju sekolahnya Rani tidak pernah melepaskan earphonenya itu. Memasuki ruang kelasnya sekolahnya yang tergolong elite itu..
“ Pagi semua…” sapa Rani (dengan muka yang sok manis itu, menyapa semua teman kelasnya)
Dengan muka heran teman-temannya menjawab “ Pagi Ran..”
(Rani menuju Sita sahabat baiknya)
“ Eh, say apa kabar nih..?”
“ Apa sih lo, sok kenal banget sih sama gue. Udah mandi belum lo?” tanya sita.
“ Ehm, belum sih, udah ah jangan bahas itu.” jawab Rani
( Tak lama kemudian Bu Rita guru KIMIA yang terkenal sangat jutek itu, masuk kelas)
Bu Rita…Bu Rita.. hey..
Tanpa sengaja Bani melempar kertas kedepan kelas dan mengenai muka Bu Rita.
“ Kurang ajar, siapa yang berani melempar saya pakai kertas ini?”
Suasana seketika itu menjadi sunyi senyap( kayak dikuburan ajah, sunyi senyap).
“ Saya tanya sekali lagi, siapa yang berani melempar saya dengan kertas ini. Ngaku sekarang juga. Atau mau saya panggil namanya.? Saya minta keberanian dari kalian”
“ Sa..sa…sa..saya bu.” Dengan terbata- bata Bani mengaku.
“ Oh, kamu,,, punya keberanian juga akhirnya kamu ngaku. Maksud kamu apa melempar saya pakai kertas itu, kamu ga suka dengan saya, atau kamu keberatan saya mengajar dikelas ini?” Tanya Bu Rita panjang lebar dan tanpa titik koma.
(Dengan gagap Bani menjawab) “ Eeng..eng.. Engga ko bu.” Tadi saya mau lempar ke Adi bu, tapi tiba-tiba Ibu masuk..
“ Maaf ya bu. Saya ga akan ulangi lagi deh bu.” “ Janji bu.. Janji (dengan muka sangat memelas)
“ Kamu keluar, saya beri kamu waktu 30 menit untuk bersihkan halaman sekolah”
“ Yah bu, tapi gapapa deh bu. Terima kasih ya bu”
Tanpa basa-basi Bu Rita langsung mengeluarkan ciri khasnya yaitu ngomong sendiri didepan kelas alias mengajar. Tapi entah deh muridnya ngerti atau engga dengan apa yang dia sampaikan.
“ Oke. Kerjakan latihan 10 soal nomor 1- 25. Dikumpulkan sekarang. Ibu keluar dulu” kata Bu Rita.
“ Huh, dasar tuh guru aneh, jelasin engga bener, sekarang main ngasih tugas aja. Udah gitu ditinggal pergi lagi.” gumam Sita.
(dengan santainya Rani menjawab) “ Udahlah kerjain aja.”
“ Enak banget yah lo ngomong, mending lo ngerti apa yang dia ajarin?” celetuk Sita.
“ Heheh.. engga sih, tapi kan ada lo. Iya ga..? gue mau dengerin musik dulu nih”
“ Dasar lo, sumpel aja deh tuh kuping pake earphone lo tuh. Budek-budek dah lo, Ran!”
“ Yaelah sensi amat sih lo, udah kerjain tuh, nanti keburu tuh guru balik lagi.”
“ Ah, cape gue ngomong sama lo, Ran!”
“ Nah gitu dong, kerjain yang bener yah. Hahahahahah”
Tanpa disadari Rani yang sedang mendengarkan earphone itu tertidur dikelas. Udah males tukang tidur pula, Sita sebagai sahabat yang dibilang baik juga engga, tapi bukan berarti dia jahat juga. Sita membangunkan Rani dan menyuruhnya untuk segera mengerjakan tugas yang diberikan oleh Bu Rita. Dengan mata sayu Rani mengerjakan dan kemudian mengumpulkan tugas itu. Tidak lama kemudian bel istirahat pun berbunyi.
Dengan sergap dan penuh semangat 45 (kayak mau perang aja) Rani bergegas mengambil dompetnya dan menyeret Sita ( kasihan amat diseret-seret) ke kantin.
“ Mau makan apa lo ta?” tanya Rani.
“ Hah, tumben lo, mau traktir gue lo, oke.. mie ayam semangkok, jus alpukat, sama batagor sepiring”
“ Apah? Yang bener lo ta?” tanya Rani dengan muka plongo yang heran setengah mati.
“ Iyah, itu semua pesanan gue, bener mau dibayarin kan? Atau lo ga ada duit?” tanya Sita.
“ Engga, heran aja gue, lo makan banyak juga ya?”
“ Bang, mie ayam 2, jus alpukat 1, jus mangga 1, sama batagor sepiring.” teriak Rani.
“ Sip, mba..”jawab abangnya.
“ GPL yah bang, udah laper nih. Lama saya ga bayar.” ancam Rani
“ Iya mba, galak banget sih.” (dengan muka sok manis abangya)
“ Nih, cepet kan.” Kata abangnya.
“ Wiss… kilat nih abangya. Makasih ya bang.” Jawab Rani dan Sita kompak abis.
“ Ran, beneran mau bayarin?” tanya Sita.
Rani yang ya, biasalah sedang mendegarkan lagu itu, mana denger kalo diajak ngomong.
“ Woy, gue ngomong..!!” teriak Sita
“ Hah,, Apa? Lo ngomong sama gue ta?” tanya Rani dengan tanpa dosa.
“ Tauk ah, cape gue ngomong sama lo.” (Pasang muka bete)
“ Kenapa sih?” tanya Rani.
“ Bisa ga sih lo sehari ga pake earphone kesayangan lo itu.” bentak Sita.
“ Ohh.. maaf deh maaf.” Kata Rani.
Memang hanya kata itulah yang hanya bisa Rani ucapkan kalo ada temannya yang protes buat ngelepas earphonenya itu. Bahkan terkadang Rani ga pernah mendengar temannya ngomong, gimana mau denger volumenya aja sampai yang paling full.
“Tenang ko, gue pasti bayarin ini semua ta..” sambung Rani dengan pasang tampang angelnya itu, salah satu cara jitu supaya teman-temannya ga bete kalo ga didengerin ngomong sama Rani.
Tidak terasa Rani dan Sita telah menghabiskan semua makanan yang ada di meja( tapi mejanya engga lah). Meski Sita harus rela seperti makan dengan tembok, karena orang yang ada dihadapannya asik dengerin musik lewat earphone kesayangannya itu.( bawel sita, udah ditraktir protes lagi).
Tidak lama kemudian bel tanda istirahat berakhir pun berbunyi. Setelah ini pelajaran guru terganteng yang ada seantero Jakarta deh..(lebay banget). Maksudnya guru paling ganteng di SMA 6 Jakarta ini. Sepanjang perjalanan dari kantin Rani belum melepas earphonenya itu. Tiba-tiba…
“ Ran, lepas earphone lo.! Ada guru BP tuh.?” kata Sita dengan memukul Rani supaya denger.
“ Oh, sip thanks banget yah, kalo lo ga diingetin pasti bakal diambil nih earphone gue.” Ucap Rani.
“ Cepet masuk yuk..” ucap Sita yang dengan spontan menyeret Rani.
Sesampainya dikelas Rani dan Sita langsung duduk di kursinya masing-masing. Tidak lama kemudian Mr. Fadli yang terkenal ganteng dan menjadi idola cewek satu sekolahan ini masuk kekelas. Biasalah dengan senyum menawannya itu dia memasuki kelas and say Good Morning every body. Seketika itu suasana kelas menjadi sunyi, murid-murid terpana akan kegantengan Mr. Fadli.
“ Oke. Are you ready to start this class?” tanya Mr. Fadli.
“ Yes, sir….” Kompak satu kelas.
Pa Fadli yang sibuk menjelaskan didepan kelas mengenai tenses dan grammar itu tidak menyadari bahwa salah satu muridnya sedang asik mendengarkan musik. Tidak asing, siapa lagi kalau bukan Francesca Alfarani atau biasa dipanggil Rani.
“ Heran gue sama si Rani, ga takut budek apa tuh anak? Dengerin musik aja kerjanya..” celetuk teman dibelakang bangku Rani.
“ Udah diem aja, gue aja udah cape ngingetin dia.” Jawab Sita
“ Dasar Rani….Rani…” gumam teman belakangnya.
“ Ok class, now I want you all make sentences with simple present, past tenses, past continuous, present perfect, and present future each of them 5 sentences. I give you 5 minutes to finish these exercises.”
Demi Mr.Fadli sampai-sampai tidak ada yang protes untuk mengerjakan semua tugas itu. Rani yang sejak awal Mr. Fadli masuk tidak mendengarkan apa yang disampaikan oleh Mr. Fadli bingung, dengan apa yang harus dia lakukan (salah sendiri, lagi dengerin musik, orang belajar,dengerin musik). Untungnya seorang Francesca Alfarani mempunyai bakat yang handal dan mahir dalam pelajaran B.Inggris.
Maklum pada saat SD dia sempat tinggal di Amerika 5 tahun, gimana ga mahir. Teman-temannya heran dan sangat kaget, dengan mudah Rani mengerjakan semua tugas yang diberika oleh Mr. Fadli. Ternyata dibalik seorang Rani gadis pemalas yang kerjanya hanya mendengarkan lagu dibalik earphonenya itu, mahir dalam berbahasa Inggris.
Hari ini guru-guru akan mengadakan study banding ke sekolah lain, sehinga anak muridnya dipulangkan lebih awal. Sepanjang perjalanan Rani dari sekolah sampai rumah dia tidak melepas earphone kesayangannya itu dari telingannya. Sampai pada suatu ketika saat dia terlihat asik berjalan dia lupa bahwa ada sebuah perbaikan selokan, dan tanpa sengaja dia terjebur kedalam selokan sedalam 40 cm itu dan harus pulang dengan kondisi badan bau got dan penuh Lumpur.(syukurin)
Sesampainya dirumah, Rani langsung berteriak memanggil mbak Mimin pembantunya yang merawat dia dari kecil sampai sekarang.
“ Mbak..mbak. cepet kesini mbak..!!!” teriak Rani
“ Ya Tuhan non,kenapa bisa kyak gini bajunya.?” Pandang mbak Mimin heran.
“ Ceritanya nanti aja mbak, ambilin handuk dong, bau banget nih..!!" pinta Rani kemudian.
“ Makannya non, earphonenya dilepas, sampe kejebur gini kan jadinya..”
“ Oh, nyindir nih ceritanya. Udah aku kan ga minta saran mbak..”
“ Maaf non.. maaf..”
“ Nah, airnya sudah siap non, silahkan deh mandi, biar ga bau gini non..”
“ Cerewet deh mbak, ga usah disuruh aku juga bakal mandi kali mbak. Ambilin stereo aku dong mba di meja.”
“ Mau sambil dengerin musik non, dikamar mandi?”
“ Udah ambil aja, aku ga suruh mbak komen. Dari tadi kayaknya komen mulu, ikutan ajang mencari bakat sana jadi komentator.”
Tidak terasa 30 menit sudah Rani didalam kamar mandi, entah tidur atau memang menikmati berendamnya itu. Tiba-tiba… Krek..Krek..Krek… pintu kamar mandi terbuka, aroma semerbak mengiringi langkah Rani keluar dari kamar mandi. Bak seorang diva sambil mengeluarkan suara emasnya Rani bernyanyi.. Some people want it all, but I don’t want nothing it all... if it ain’t you baby, if ain’t got you baby.(berasa Alicia Keys banget..)
“ Mbak, makan dong..” teriak Rani.
“ Udah siap non.”
“ Oke deh, bentar lagi aku turun mbak..”
Saat turun dan menghampiri meja makan berbagai makanan telah tersedia ada udang goreng, capcay seafood, sup ikan, jus buah.. banyak pokoknya (kayak rumah makan aja). Tanpa basa-basi Rani menghabiskan makananya, setelah kenyang, dengan langkah lambat Rani menaiki tangga kearah kamarnya dan pergi menuju dreamland.
***
Hari ini Rani ada janji dengan Sita untuk jalan ke mall. Mereka janjian untuk bertemu di Mall Of Indonesia. Dengan mengendarai jazz silvernya Rani memacu kendaraannya dengan kecepatan 40 km/jam dan tidak lupa mengenakan earphonenya itu.
Dua puluh menit sudah Rani mengendarai mobilnya itu, namun sial dia harus terjebak macet. Diperjalanan Rani sempat teringat pada saat dimana Sita dan teman-temannya menjauhinya karena dia terlalu sering mendengarkan lagu lewat earphonenya itu, bahkan Rani sampai mendapat julukan Earphones Girl karena kebiasaanya itu.
Sesampainya di MOI, Rani langsung menuju sebuah caffe dan melupakan semua pemikirannya tadi selama di perjalanan menuju MOI, Ia bergegas menemui Sita.
“ Sorry ta, macet banget.” kata Rani dengan nafas terengah-engah karena berlari.
“ Iya gapapa kok Ran, lagian gue juga belum lama disini.” jawab Sita.
“ Kita mau makan dulu atau mau jalan dulu nih ta..?”
“ Gue terserah lo aja deh Ran.”
“ Kita makan dulu aja deh, lo mau pesen apa ta.?” Tanya Rani.
“ Gue hot plate sama lemon tea aja.”
“ Oh, oke deh..”
Kemudian Rani memanggil dan memesan beberapa makanan untuk dirinya dan Sita. Sambil menunggu mereka berbincang tentang banyak hal.
“ Eh, Dimas gimana tuh.? Masih ngejar-ngejar lo dia.?” tanya Sita penasaran.
“ Ga tau, hari ini bilang mau ketemuan disini. Udah ah kok jadi dia sih.” Rani mengelak.
Selesai makan dari caffe itu Rani dan Sita memasuki sebuah Boutique dan memilih beberapa gaun untuk acara ultah temannya. Dari kejauhan ada sesosok pria tampang, bertubuh tinggi, berkulit putih memanggil nama Rani. Setelah pria itu mendekat ternyata itu adalah Dimas.
“ Ekhm, gue kekamar mandi dulu yah Ran,,?” kata Sita.
“ Eh, ta kok lo ninggalin gue sih ta..?” saut Rani.
“ Udahlah, Sita juga cuma kekamar mandi kali, Ran..” samber Dimas.
Suasana yang tadinya santai, sekarang mulai sedikit serius, meski tetep aja mau dibilang serius kayak gimana juga kalo emang Rani belum lepas itu earphone, mana bisa dibilang serius.
“ Gue, to the point aja ya Ran..” tanya Dimas.
Rani hanya manggut-manggut aja.
“ Ran, jujur gue suka banget sama lo Ran.. lo mau jadi pacar gue ga Ran..?”
“ Ran.. dengerin gue dong..” kata Dimas.
“ Hah, apah.. ohh iya.. maaf tadi ngomong apa.?” kata Rani dengan santainya. Kemudian Rani menatap mata Dimas dan melepaskan earphonenya dari kedua telingannya itu.
“ Ran.. lo mau jadi pacar gue ga…?” tanya Dimas untuk kedua kalinya.
Rani hanya bisa diam, kaget bercampur jadi satu. Rani bingung harus bagaimana.
“ Gue ga minta jawabannya sekarang kok Ran..” kata Dimas.
“ Oh iya..iya..”
Suasanan pun semakin mencair ketika Dimas dan Rani akhirnya bercanda dan saling tertawa bersama. Disepanjang perjalanan pulang Rani masih memikirkan perkataan Dimas tadi padanya. Dia bingung harus berbuat apa. Jujur selama ini Rani juga menyimpan perasaan yang sama terhadap Dimas.
(Keesokan paginya.)
Rani bangun dengan hati yang berdebar, bingung dengan permintaan Dimas itu. Tapi sekarang adalah waktu yang sangat tepat untuk Rani mengatakan bahwa ia juga memiliki perasaan yang sama terhadap Dimas. Hari ini sepanjang perjalanan dari rumah ke sekolah Rani tidak mengenakan earphonenya itu.
Rani terus memikirkan perkataan yang keluar dari mulut Dimas. Selama jam pelajaran berlangsung Rani juga tidak mengeluarkan ipodnya sama sekali. Hari ini Rani hanya bisa diam.Kringg.. kringg..kringgg.. bel istirahat pun berbunyi, Rani yang punya janji dengan Dimas untuk menemuinya ditaman dan memberi jawaban atas pertanyaan Dimas itu, hanya bisa diam dan tertegun.
Tidak lama kemudian handphonenya bergetar dan memecah lamunannya itu, ternyata telfon dari Dimas, Dimas menanyakan Rani dimana. Tanpa fakir panjang Rani berjalan menuju taman sekolah. Dari kejauhan terlihat senyuman manis dari seorang Dimas.
“ Hai, Ran..?”
“ Hai juga mas..”
“ Lo kenapa Ran, kok pucat sih..?”
“ Duduk dulu deh..” tawar Dimas.
“ Gini mas, tapi lo jangan marah sama atau benci sama gue ya mas..” mohon Rani.
Dimas terlihat sedikit panik dan bingung, sebenarnya apa yang terjadi pada diri Rani sih.
“ Engga ko Ran, gue ga akan marah sama lo kok Ran..” jawab Dimas.
“ Meski gue ga terima lo, kita masih bisa jadi temen kan mas..?” tanya Rani.
“ Iya Francesca Alfarani, gapapa kok.. tapi sebenarnya lo kenapa..?” tanya Dimas penuh rasa penasaran dan sedikit kecewa.
“ Gue.. gue. Gue…”
“ Lo kenapa Ran..?” tanya Dimas yang mulai panik beneran.
“ Gue mau kok jadi pacar lo mas..”jawab Rani.
“ Serius Ran… Makasih banget ya Rani.. ternyata tidak sia-sia gue nunggu lo selama ini..” ungkap Dimas dengan polosnya.
“ Hahahah.. apa sih Dimas..”
Suasana pun mencair menjadi canda tawa dua orang sejoli yang baru dipersatukan oleh cinta. Dan sejak saat itu Rani yang terkenal dengan julukan Earphones Girl itu mulai mengurangi kebiasaan mendengarkan lagu dengan menggunakan earphone kesayangannya, Rani lebih memilih berada disamping sahabat-sahabatnya dan pacar kesayangannya itu, Dimas Satria Putra.
** SELESAI **
Cerpen by: Apriliani Kartika Sari
Hope you like….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar