Minggu, 01 April 2012

TANGISAN SAHABAT


guys, jangan bosan membaca cerpen dari saya ya, yang ini pasti akan lebih seru.. mau tau kan keseruan apa aja yang tersembunyi dalm cerpen ini, yuk baca bareng-bareng....

            Hari ini mulai ada yang berbeda pada dirinya, ia nampak lebih lemas dari biasanya, entah mengapa mukanya pucat sekali hari ini tidak seperti hari biasanya.
“Clara….” Suara itu datang dari kejauhan.
“ Clara, lo kenapa? Lo baik-baik aja kan Ra?”
“ Iya aku gapapa kok Fan, kamu ga usah khawatirin aku.”
Cewek mungil, lucu dan berlesung pipit yang mengkhawatirkan Clara adalah Fani sahabat baiknya dari kecil.

            Hari ini adalah hari terakhir bagi Clara untuk bersama teman-temannya, karena hari ini semua surat pengunduran diri Clara dari sekolah selesai diurus. Clara sekarang sudah tidak sekolah dikarenakan dia ingin ikut home schooling, tidak tahu kenapa ayahnya memaksanya untuk ikut home schooling, tapi yang jelas dia gak bisa menolak permintaan ayah tercintanya itu, karena memang hanya ayahnya yang dia punya saat ini.

            Sudah terhitung 2 bulan Clara tidak lagi bersekolah disekolah yang sama dengan Fani, Fani yang biasanya ceria kini lebih banyak diam karena merasa kehilangan sahabatnya. Fani sendiri tidak mengetahui mengapa akhir-akhir ini Clara susah dihubungi dan setiap Fani kerumahnya pasti alasannya Clara tidur dan tidak ingin diganggu. Seperti ada sesuatu hal yang ditutup-tutupi oleh Clara.

           
            Siang hari itu tidak sengaja keduanya bertemu.
“ Hai Ra, lo tau gak? Gue kangen banget sama lo Ra.”
“ Hai juga Fan, iya sama aku juga kangen kok sama kamu Fan. Lama kita sudah gak ngobrol kayak gini.”
“ Ra, kenapa sih lo mau home schooling?”
“ Ayah Fan, ayah yang minta dan kamu tahu kan ayah itu gimana Fan.”
“ Ya juga sih. Tapi kan Ra, gue sepi nih dikelas Ra, gak kasian sama gue apa lo Ra..?”
“ Iya, habis mau gimana lagi Fan, aku gak bisa ngelawan ayah Fan.”
“ Iya. Oh iya, akhir-akhir ini lo berubah Ra..?”
“ Berubah? apanya yang berubah? Aku bukan power rangers kali Fan. Jadi ga mungkin berubah.”
“ Clara…Clara.. lo ada-ada aja sih Ra. Tapi bener juga sih.”
“ Fan, kalau nanti aku pergi aku harap kamu ikhlas Fan.”
“ Hah, lo barusan ngomong apa Ra..?” saut Fani dengan nada sedikit keras.
“ Hah, iya , apa.. aku gak bilang apa-apa kok Fan.”
“ Oh, perasaan gue denger lo mau pergi deh.”
“ Aku gak bilang apa-apa kok.”
           
            Ketika sedang asyik berbicara tiba-tiba sebuah mobil BMW berplat nomor B 6161 LI berhenti dan membukakan pintu.tidak salah lagi itu mobil ayahnya Clara. Sesosok pria dengan jas hitam, berpostur tinggi dan putih, blasteran IndoJerman turun dari mobil.
“ Eh, om apa kabar om?” ( sambil cium tangan pada ayahnya Clara)
“ Oh, kamu Fani, baik kok. Maaf ni ya om harus bawa Clara pulang, ada keperluan.”
“ Oh, iya gapapa kok om.”
“ Maaf ya, om ganggu.”
             Dengan sangat terpaksa dan berat hati percakapan mereka berdua harus terpotong dan entah bisa dilanjutkan lagi tau tidak.

            Fani sempat penasaran dengan perlakuan ayah Clara terhadap anaknya dan tingkah laku Clara yang akhir-akhir ini berubah drastis. Dan sebenarnya apa  maksud Clara bilang dia mau pergi, apa benar Clara mau pergi..? atau Cuma salah dengar. Sepanjang perjalanan pulang kalimat-kalimat itu selalu terlintas difikiran Fani. Fani berniat untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada diri sahabatnya itu.

            Sabtu sore, pencarian pun dimulai dari tantenya Clara.
“ Eh, tante kebetulan tan.”
“ Fani, ada apa?”
“ Tante Clara baik-baik aja kan tan.”
“ Iya lah Fan, Clara sekarang lagi sibuk sama lesnya dan home schoolingnya itu. Emangnya kenapa Fan?”
“ Gapapa. Makasih ya tante.”

            Tante Ina tidak berbicara banyak hal. Tetapi Fani tidak putus asa, dia pergi menuju rumah Sisil tetangga Clara yang cukup dekat dengan keluarga Clara. Namun  sama hasilnya seperti apa yang dibilang oleh tantenya Clara. Fani hampir tidak percaya kenapa semua orang gak ada yang mau angkat bicara tentang apa yang terjadi. Dia bingung harus berbuat apa.
            Sementara dirumah, Clara yang ternyata menderita penyakit kanker otak stadium 1 itu, harus rela membagi waktunya untuk khemoterapi dan home schooling. Inilah yang menjadi alasan utama ayahnya menyuruh home schooling, agar bisa lebih memantau kondisi Clara. Ayahnya juga sudah mengatur rencana agar tidak ada yang tahu mengenai hal ini termasuk Fani sahabat Clara dari kecil.

            Ayah Clara berencana untuk membawa Clara ke Singapore untuk berobat dan memulihkan kondisi Clara disana, karena pengobatan yang selama ini dijalani Clara belum mendapatkan perubahan apapun.

            Keesokan paginya, diruang kelas.
“Gubrak….” Hentakannya terdengar begitu keras, sampai teman satu kelaspun kaget.
“ Heran, apa sih  yang sebenarnya terjadi sama Clara?”
“ Lo, kenapa Fan?” Tanya salah satu temanya.
“ Gue bingung sama Clara, akhir-akhir ini dia banyak berubah.”
“ Berubah? Gue gak merhatiin. Tapi setau gue dia biasa aja kok Fan.”
“ BIASA APANNYA..!!!”
“ Sabar-sabar Fan.”
“ Gue gak bisa sabar, udah habis kesabaran gue.”
“ Ya. Mau gimana lagi Fan, ayahnya Clara itu orangnya keras. Clara juga sayang banget kan sama ayahnya, semenjak ibunya meninggal kan Cuma sama ayahnya dia Fan, jadi dia gak mungkin gak nurutin kemauan ayahnya Fan”
“ Iya, gue ngerti, tapi gak harus gini juga kan?”
“ Haduh kalo masalah ini gue no komen dah Fan.”
“ Ah, sial. Pusing gue lama-lama.”
“ Sabar ya Fan.”
“ Iya, makasih ya.”

            Sisil yang rumahnya tidak terlalu jauh dengan Clara juga, tidak mengetahui bahwa Clara sebenarnya menderita kanker. Selama ini Clara terlihat baik-baik saja, bahkan terlihat sehat. Tetapi sebenarnya ia menderita sakit yang sangat hebat akibat kanker itu.

            Lima bulan sudah Clara menjalani home schooling. Sebanarnya Clara tidak ingin menyembunyikan penyakitnya itu kepada Fani, tetapi ia tidak ingin membuat Fani dan teman-teman kasihan terhadapnya. Jadi ia lebih memilih diam dan menahan rasa sakit itu sendiri. Tidak terasa 2 hari lagi Clara akan pergi ke Singapore untuk melakukan pengobatan. Entah untuk berapa lama dia juga tidak mengetahuinya, tapi yang jelas 2 hari ini Clara harus bersiap-siap untuk meninggalkan semua temanya.

            Jahat memang bila difikir-fikir seorang sahabat harusnya selalu memberitahu tentang apa yang terjadi satu sama lain, tapi untuk masalah seperti ini Clara tidak layak dibilang jahat karena ia tidak ingin melihat temannya harus sedih nantinya bila mengetahui bahwa temannya sendiri menderita kanker.

            Akhirnya hari itu pun tiba, semua barang-barang sudah siap. Clara tidak membawa banyak barang, hanya yang penting saja, selebihnya bisa dibeli disana. Fani yang sudah merasa putus asa dengan apa yang dia lakukan selama ini, memilih diam dirumah dan membantu orangtuanya. Toh lagi pula Fani tidak tahu bahwa hari ini Clara akan berangkat ke Singapore.

            Tepat pada pukul 10.00 Clara dan ayahnya serta tidak lupa tante Ina, mereka bertiga berangkat menuju bandara. Clara yang sejak umur 5 tahun harus kehilangan  ibunya karena sakit kanker yang diderita ibunya, terkadang sedih jika harus jauh dari tantenya. Karena sejak kecil Clara sudah dirawat oleh tantenya. Setelah selesai melakukan boarding pass, Clara bersiap untuk memasuki pesawat. Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke tempat tujuannya itu.

            Sesampainya di Singapore Clara dan ayahnya telah dijemput oleh supir pribadi yang dikirim dari perusahaan ayahya dikota itu. Mereka menuju sebuah apartemen yang letaknya tidak jauh dari pusat kota Singapore. Setelah sampai di apartemen Clara segera mempersiapkan diri untuk besok. Sementara di Indonesia Fani sahabatnya, masih memikirkan cara untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada diri sahabatnya itu.

            Sampai pada suatu ketika Fani harus menitihkan air mata.
“ Fani, kamu kenapa sayang. Ada masalah..? cerita sama mama sayang.”
“ Aku cuma sedih Ma, kenapa Clara gak mau hubungi aku. Apa dia udah gak mau punya sahabat seperti aku yah Mah..?”
“ Kamu tuh ngomong apa sih sayang. Clara gak mungkin seperti itu.”
“ Tapi Mah.”
“ Udah, jangan nangis. Mungkin Clara sibuk sayang. Jangan suka berfikiran negative sama orang sayang. Gak baik.”
“ Iya Mah. Maksih ya Mah. Udah buat Fani gak sedih lagi.”
“ Iya sayang.”

            Pagi seperti biasanya Clara harus rela setiap helai rambut indah panjangnya rontok, karena kanker yang dideritanya.
“ Hari ini hari pertama aku berobat.”
“ Iya sayang.”
“ Eh, ayah. Bikin aku kaget aja.”
“ Ayo kita sarapan dulu.” Ajak ayah Clara.
“ Yah, kalau Tuhan ambil nyawa aku ayah rela kan dan ikhlas kan yah.?” Tanya Clara.
            Ayah dan tantenya kaget dengan apa yang diucapkan Clara, sampai ayahnya harus tersedak makanan yang ada didalam mulutnya.
“ Kamu ngomong apa sih sayang, kamu pasti sembuh kok, percaya  sama ayah.” Jawab ayahnya berusaha menegarkan Clara.
“ Iya, Clara kamu pasti sembuh kok sayang.” Sambung tante Ina.
“ Tapi yah kalau seandainya aku harus pergi menyusul ibu..?” jawab Clara.
“ Udah ya sayang kamu habisin makanan kamu yah. Kita harus kerumah sakit.”
“ Tapi kan ayah..”
“ Udah Clara.” Paksa tantenya untuk segera menghabiskan makanannya.

            Selesai sarapan Clara dan ayahnya bergegas ke Rumah Sakit  untuk melakukan medical chek up sekaligus perencanaan program khemo di RS itu. Tidak terasa sudah berbulan-bulan Clara meninggalkan Fani dan selama pengobatannya di Singapore Clara masih belum mengalami perubahan, kini kankernya sudah meningkat menjadi stadium 3, dan dokter bilang bahwa umurnya sudah tidak lama lagi.

            Fani yang tidak pernah berputus asa selalu menghubungi Clara baik lewat handphone, email, facebook, ataupun twitter tapi tidak satu pun yang mendapatkan respon dari Clara. Mungkin terlampau jahat Clara bagi Fani, karena tidak memberi kabar pada sahabatnya sendiri, namun mau gimana lagi Clara tidak ingin membuat Fani sedih.

            Tidak terasa Fani sudah menyelesaikan sekolahnya, dan sekarang Fani melanjutkan di Fakultas Hukum. Clara terhitung 1 tahun sudah di Singapore karena tahu umurnya sudah tidak akan lama lagi Clara berniat untuk memberi kabar pada Fani melalui sms (short message service) dan dia menceritakan segalanya. Clara meminta maaf selama ini tidak mengabari, dan dia juga bercerita selama ini dia berada di Singapore karena menjalani pengobatan kanker.

            Sayangnya sms itu harus pending pada saat sampai di Indonesia. Tanpa disadari, itulah kata terakhir yang diucapkan Clara sebelum ia harus menghembuskan nafas terakhirnya. Lima menit sebelum Clara pergi, ia menulis sepucuk surat yang menerangkan bahwa ia ingin jenasahnya dibawa ke Indonesia dan dimakamkan disamping makam Ibunya.

            Ayah dan tantenya sangat terkejut karena mereka harus kehilangan Clara secepat ini. Tetapi apa yang harus dilakukan, kita tidak bisa menentang kekuasaan Tuhan, ayahnya sadar bahwa ia akan kehilangan putri tercintanya itu. Setelah proses pengurusan jenasah Clara selesai, jenasahnya diterbangkan ke Indonesia.

            Sementara dirumahnya Clara diJakarta sudah terpasang tenda dan bendera putih, serta sudah banyak orang yang berkumpul untuk menyambut jenasah Clara. Tak lupa juga teman-teman satu angkatannya juga datang, tapi masih ada satu orang yang kurang “Fani”. Dia belum tahu karena handphonenya baru saja dinyalakan dan ketika ia mengetahui ada sebuah pesan singkat dari Clara, tidak tahu harus berbuat apa tetapi rasanya Fani tidak sanggup lagi.

            Selama ini ia mencari Clara, menghubungi, tetapi apa..? setelah mendapat kabar , ia harus mendapat kabar buruk dari sahabatnya itu. Fani segera bergegas lari kerumah Clara dengan penuh airmata, ia terjatuh disamping jenasah Clara.
“ Ra, kenapa lo tega sama gue Ra..? kenapa Ra..? katanya kita sahabat Ra..? tapi kenapa..? Clara..!!! jawab gue Ra..?”
            Dengan memandang Clara yang hanya bisa diam dan tergeletak lemas dan tidak berdaya.
“ Clara, kenapa? Kenapa harus secepat ini, kenapa waktu kita ketemu lo gak cerita.? Kenapa Ra..? kenapa?”
“ Fani maafkan tante yah Fani, mungkin ini memang sudah jalan terbaik bagi Clara dari Tuhan Fan.” Jawab tante Ina, sambil memeluk Fani.
“ Tapi tante..?”
“ Iya Fan. Mungkin ini yang terbaik untuk Clara Fan.. sabar ya Fan…” sambung teman-temannya.
“ Ra, gue janji, gue gak akan melupakan persahabatan kita, meski lo udah gak ada Ra, gue janji gue gak akan pernah lupain lo Ra. Gue harap lo bisa tenang disana.”
“ SELAMAT JALAN Clara Anindya Putri”
Jakarta, 09 April 1991,

“ Untuk kalian semua yang memiliki sahabat, jaga sahabat kalian selama mereka masih ada. Karena kita tidak akan pernah tahu kapan ia akan diambil oleh Tuhan, maka selama ia masih ada bahagiakanlah dia dan jangan pernah buat ia bersedih, jangan pernah juga lupakan persahabatan yang pernah kalian buat, meski sahabat kalian sudah pergi meninggalkan kalian.”
Jakarta, 17 Desember 2010 
Cerpen by: Apriliani Kartika Sari
           

Tidak ada komentar: