Senin, 02 April 2012

Motor atau Ayah?

cerpen ini merupakan karya ketiga dari cerpen saya yang pernah saya buat, didalam cerpen ini mengisahkan sebuah perjuangan anak agar cita-cita dapat terwujud dan direstui oleh ayahnya, mau tau kan gimana kelanjutan cerpen ini, selamat membaca......


Steviani Deraya atau yang lebih sering disebut Aya ini adalah seorang croser wanita, minggu ini Aya akan mengikuti Turnament Croser Junior U-16, bukan kali pertama Aya mengikuti turnamen seperti ini karena sebelumnya Aya sudah sering mengikuti turnamen-turnamen seperti ini. Bagi Aya keinginan terbesarnya adalah bisa menjuarai kelas Internasional meskipun membutuhkan banyak perjuangan dan pengorbanan Aya akan berusaha, itulah yang menjadi niat Aya untuk selalu mengikuti turnamen-turnamen.
Siang ini seperti biasanya ditempat latihannya.
“ Gila, lo bener-bener keren banget hari ini Ay. “
“ Iya, kamu memang hebat Aya.”
“ Ah, engga kok om saya kan juga masih belajar om.”
“ Kamu ini bisa saja. Gimana kamu udah siap untuk mengikuti turnamennya kan?” Tanya Om Ramto pelatih Aya.
“ Aku siap om, tapi kayaknya motor aku butuh sedikit perbaikan deh om.” Jawab Aya.
“ Masalah motor gampang, nanti kamu taruh disini aja sementara, waktunya sudah tidak banyak lagi, hanya tinggal 2 minggu kamu harus benar-benar fokus latihan.”
“ Siap om, saya pasti akan latihan dengan sungguh-sungguh.” Tegas Aya.

Selesai latihan seperti biasanya Aya segera berganti pakaian dan menuju pulang. Aya adalah murid SMA yang terkenal cerdas dan pandai diantara teman-temannya, sampai saat ini teman-temannya masih belum mengetahui profesi Aya sebagai croser wanita, Aya sengaja merahasiakannya karena Ia takut diejek oleh para teman-temannya. Hari ini adalah hari terakhir masuk, karena sebentar lagi liburan sekolah akan tiba dan Aya harus lebih bersiap diri karena Ia akan mengikuti perlombaaan Tingkat Nasional.

Bel tanda pulang pun akhirnya berbunyi, Aya segera bergegas menuju tempat latihannya.
“ Ay, lo mau kemana Ay?” Tanya Riko temannya.
“ Gue buru-buru lain kali aja ya.”
“ Tapi Ay, rencana liburan bareng kita?”
“ Aduh maaf, kayaknya gak bakal jadi deh, gue sibuk banget maaf ya ko.”
“ Iya deh.”

Setelah meninggalkan Riko Aya segera memacu motornya ketempat latihannya, tidak butuh waktu yang cukup lama bagi Aya untuk naik motor menuju tempat latihannya karena ia sudah terbiasa ngebut. Sesampainnya ditempat latihan Aya segera berganti pakaian dan menuju teman-temannya.
“ Haduh om, maaf banget aku telat.”
“ Iya, sekarang cepat menuju trak kita harus lakukan uji coba.”
“ Oh. Oke om.”


Dengan mahirnya Aya memainkan beberapa trik freestlye diudara dengan motornya, sulit dibayangkan bahwa seorang wanita yang melakukannya. Aya memang mempunyai bakat yang sangat luar biasa dalam hal motor cross. Karena ayahnya dulunya adalah seorang croser juga. Namun akhir-akhir ini perlakuan ayahnya sedikit aneh. Entah mengapa ayahnya kadang melarang Aya untuk latihan. Tapi Aya akan buktikan pada ayahnya bahwa seorang wanita juga bisa menjadi croser sejati, oleh karena itu meskipun dilarang Aya tetap melakukan latihan, agar bisa memenangkan pertandingan.

Tidak terasa hanya tinggal 5 hari lagi kompetisi itu akan dimulai, sementara motor Aya yang mengalami perbaikan belum selesai. Aya bingung akankah bisa ia memenangkan lomba? Tapi ia tetap optimis bahwa ia bisa memenangkan lomba karena dengan memenangkan lomba ini Aya bisa melangkah ke Tingkat Internasional dan setelah itu Aya bisa membuktikan ke ayahnya bahwa anaknya juga bisa menjadi seorang croser meski ia wanita.

Sesampainya dirumah Aya kaget karena ia menemukan ayahnya terbaring dilantai, tanpa basa-basi Aya mengendong ayahnya ke kamarnya dan memanggil dokter. Tidak lama kemudian dokter pribadi keluarganya datang dan segera memeriksa kondisi ayahnya.
“ Dok, bagaimana kondisi ayah saya Dok?” Tanya Aya panik.
“ Ayah kamu menderita penyakit struk ringan.” Jawab Dokter itu.
“ Apa….!!!  Gak mungkin Dok, ayah saya gaya hidupnya sehat, mana mungkin ia kena struk dok, pasti dokter bohong kan dok..?”
“ Maaf Aya, tapi memang begitulah kondisi ayah kamu sekarang, beliau terlalu banyak fikiran dan stress sehingga ia mengalami struk ringan.”
“ Tapi dok, ayah saya bisa kembali seperti semula kan dok?”
“ Bisa. Asalkan ayah Aya tidak banyak fikiran dan tidak terlalu stress. Ini dokter kasih obat untuk ayah kamu. Diminum rutin dan banyak istirahat ya, semoga lekas sembuh.”
“ Iya terima kasih banyak dok.”

Padahal hanya tinggal 5 hari lagi tetapi ayah Aya sakit, Aya bingung dia harus bagaimana tetap melanjutkan turnamen dengan meninggalkan ayahnya dalam keadaan sakit atau memilih tidak mengikuti  turnamen. Tetapi ini merupakan jalan untuk mengapai impiannya dan membuktikan pada ayahnya. Aya bingung , sekarang ia hanya bisa melakukan yang terbaik bagi ayahnya agar ayahnya lekas sembuh dan ia dapat mengikuti perlombaan.

Siang ini, Aya ada latihan, tetapi Aya tidak pergi karena ia lebih mementingkan kondisi ayahnya dahulu. Aya tahu bahwa waktu untuk menuju turnamen itu sudah tidak banyak lagi, tetapi untuk saat ini dia lebih mementingkan ayahnya dulu. Tidak disadari handphone Aya berbunyi, ada telfon dari Om Ramto pelatih Aya.
“ Iya, halo om.”
“ Kenapa kamu tidak latihan?”
“ Maaf om, saya gak bisa, tapi besok saya pasti latihan kok om.”
“ Kalo om terserah kamu, karena kamu yang mau ikut turnamen, tapi om cuma minta kedisiplinan kamu latihan aja. Karena waktu kamu sudah gak banyak.”
“ Iya om, maaf saya mengecewakan om. Saya janji saya akan menjadi yang terbaik om.”

“Ayah maafin Aya, tetapi Aya harus bisa memenangkan lomba ini yah, Aya benar-benar minta maaf yah, Aya janji dan Aya pasti buktiin ke ayah kalau Aya bisa jadi croser wanita sejati yah.” Setelah mengucapkan itu dan mencium kening ayahnya Aya segera bergegas menuju tempat biasa Ia latihan selain di tempatnya Om Ramto. Disana Aya berlatihan dengan sungguh-sungguh meski harus kadang kala terjatuh, tetapi itu bukan hal besar bagi Aya, karena dengan kegagalan  ia akan mendapatkan sebuah keberhasilan. Tidak lupa juga Aya melakukan beberapa trik baru yang diajarkan oleh Om Ramto. Tidak terasa lebih dari 4 jam sudah Aya berlatih, ia harus segera pulang karena hari sudah mulai gelap.

Setibanya dirumah, Aya langsung menengok kekamar ayahnya dan memastikan kondisi ayahnya. Aya sangat sayang kepada ayahnya karena ibunya meninggal pada saat latihan motor cross,tidak sengaja ibunya tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya diudara sehingga ia jatuh dan meninggal karena mengalami pendarahan hebat. Ibu Aya merupakan seorang croser wanita, oleh karena itu Aya ingin membuktikan juga bahwa Ia bisa terus melanjutkan mimpi ibunya yang juga ingin menuju kejuaraan Internasional.

Keesokan paginya Aya bangun pagi-pagi sekali kemudian Aya menyiapkan sarapan untuk ayahnya, setelah ia selesai melaksanakan semua tugasnya Aya berangkat menuju tempat latihannya, disana Aya sempat melupakan sejenak fikirannya tentang ayahnya, karena ia fokus terhadap keadaan dirinya dan motornya itu. Setelah  dirasa cukup latihan Om Ramto memanggil Aya dan mengobrol sejenak dengan Aya.
“ Jadi, gimana keputusan kamu Ay..?” Tanya Om Ramto.
“ Aku akan tetap mengikuti turnamen itu Om.”
“ Kamu yakin? Meski ayah kamu sakit?”
Aya yang kaget mendengar pertanyaan Om Ramto hanya bisa diam.
“ Kenapa Ay?”
“ Eng..engga Om, Om tahu dari mana kalau ayah sakit?”
“ Om itu temen ayah kamu dan dulu kita sama-sama waktu masih muda jadi mana mungkin om gak tahu tentang kamu dan keluarga kamu Ay.”
“ Oh, gitu om. Tapi kenapa Om gak bilang dari dulu Om?”
“ Hahahahah, sengaja Om tidak ngasih tahu kamu. Jadi gimana keputusannya?”
“ Aku bingung Om. Aku mau ikut, tetapi aku jahat kalau harus ninggalin ayah dalam kedaan sakit.”
“ Udah, kamu fokus latihan aja, nanti om yang atur semuanya dan jelasin sama ayah kamu.”
“ Bener Om? Makasih banget ya om.”
“ Iya. Sama-sama Aya.”

Tidak disangka hari yang dinantikan oleh seorang Steviani Deraya pun tiba, sebenarnya ia masih merasa sedikit bersalah karena harus menentang ayahnya, tetapi Om Ramto sudah berjanji akan menjelaskan semuanya sama ayah. Jadi sekarang yang harus dilakukan adalah mengikuti turnamen ini dengan sungguh-sungguh. Tanpa sepengetahuan Aya, ternyata ayahnya sudah sembuh dan Om Ramto  diam-diam mengajak ayahnya  Aya untuk menonton turnamen yang diikuti putrid semata wayangnya itu.

Ayahnya Aya sempat kaget bahwa seorang putrinya mempunyai bakat yang sangat baik dan handal dalam dunia motor cross. Tetapi tetap saja kepanikan dan kekhawatiran masih menyelimuti benak ayahnya Aya, karena takut kejadian yang dialami oleh ibunya Aya terjadi pada diri Aya. Suara gemuruh stadion tempat bertanding memecah lamunan ayahnya.
“ Iya nomor 98 memimpin didepan dan hanya tinggal sedikit lagi dia bisa memenangkan lomba ini, croser nomor 98 nampaknya sangat mahir bung, bagaimana menurut anda?”
“ Croser nomor 98 ini adalah seorang wanita dan hanya satu-satunya wanita dalam kompetisi ini, saya rasa Steviani ini merupakan croser yang sangat patut kita acungkan jempol yah.”
“ Iya, saya setuju. Dan akhirnya Steviani Deraya menyelesaikan turnamen ini dalam waktu 24 menit, rekor terbaru dan kebanggan tersendiri bagi Steviani karena menjadi croser wanita nampaknya.”

Suasana seketika itu menjadi ramai semua orang meneriakan nama Aya… “Aya..Aya..Aya..”. Ayahnya dan Om Ramto yang melihat dibangku penonton pun ikut  bersorak karena senang.
“ Gimana anakmu, sekarang kamu sudah lihat kemampuan aslinya kan?”
“ Iya, ternyata Ayaku adalah seorang croser yang hebat, aku bangga memiliki anak seperti dia.”
“ Bagus kalau kamu sadar, berarti sekarang kamu tidak perlu melarangnya lagi kan?”
“ Iya, aku akan mendukungnya sampai tingkat Internasional dan mengabulkan impiannya untuk menjdi seorang croser sejati.”

Penyerahan hadiah langsung diserahkan oleh ketua pelaksana itu, dan yang tidak disangka oleh Aya, ternyata ayahnya hadir dan menyaksikan Aya.
“ Ayah..?”
“ Ayah, benar-benar bangga sama kamu Ay.”
“ Ayah, maafin Aya.”
“ Kamu gak perlu minta maaf, kamu kan juarannya, selamat ya sayang.”
“ Makasih ya ayah, sekarang Aya udah bisa dibilang croser sejati kan yah.”
“ Iya sayang. Kamu memang seorang croser wanita sejati.”

Sekarang Aya berhasil membuktikan bahwa untuk menjadi seorang croser tidak perlu seorang laki-laki, karena seorang wanita juga bisa menjadi seorang croser. Dan kini ayahnya mulai sadar bahwa Aya bukanlah seorang croser biasa, karena kini Aya telah menjadi seorang croser Nasional dan tidak lama lagi ia akan mengikui kejuaraan Internasional. Dan sekarang semua orang bangga terhadap seorang Steviani Deraya, karena dia berhasil membangkitkan rasa percaya diri seorang wanita, bahwa seorang wanita itu bisa menjadi apapun asalkan disertai niat yang tulus serta usaha yang pantang menyerah. Jadi Aya pilih apa ya? Ayah atau Motor? Kayaknya jawabannya bisa disimpulkan sendiri.


Cerpen by: Apriliani Kartika Sari
JHope You LikeJ

Tidak ada komentar: